Jumat, 30 Maret 2012

Melewati Malam Menunggu Pagi

Pagi ini saya membaca sebuah komik jepang. Dari cerita komik tersebut saya jadi ingat pengalaman pribadi saat masih kuliah S1 dulu di jatinangor. Saya adalah tipe orang yang selalu beranggapan bahwa tempat - tempat publik adalah tempat yang aman. Karena itu kalau merasa tersesat atau menunggu pagi atau tidak ada tempat tujuan, saya memilih untuk berada di rumah sakit, stasiun kereta api, pasar dan tempat publik lainnya. Hanya ingin sekedar membagi cerita saja disini =))

Perjalanan dari rumah ke tempat kos memang agak lama. Dan yang menjadi kendala adalah seringnya saya sampai di jatinangor jam 3 pagi. Tentu saja kos belum dibuka dan sangat enggan untuk membangunkan penjaga kos. Saya lebih memilih untuk turun di pasar tanjungsari yang sudah ramai  oleh pedagang sayur. Tidak melakukan apa - apa tentu saja. Cuma melihat - lihat barang dagangan yang mulai diturunkan dari truk atau melihat pedagang yang saling sibuk menata barang dagangannya. Menikmati menyambut pagi disana dan ketika matahari sudah mulai terbit, tanah yang dipijak mulai terang benderang, saya baru akan menyetop sebuah angkot untuk pulang ke kos.

Terkadang kelewatan, bus melaju dan dengan enaknya saya tidur sehingga tidak menyadarai bahwa pasar telah terlewati. Akhirnya turunlah di jatinangor. Lagi - lagi jam masih menunjukan pukul 3 lebih. Masih terlalu pagi untuk pulang ke kos. Saya memutuskan untuk menunggu pagi tiba di sebuah warnet. Memesan tempat duduk yang ada sandarannya dan minuman untuk menghilangkan kantuk. Dengan membuka situs jejaring sosial saya menyamankan diri di tempat duduk warnet tersebut. Bahkan kadang tak jarang pulang ketiduran di warnet dengan komputer yang masih menyala. Memang kurang nyaman sih tidur di kubikel warnet yang hanya bisa untuk menyelonjorkan kaki dan menyandarkan punggung ini. Sehingga kalau ketiduran, pasti ketika bangun - bangun pundak dan leher akan "menderita". Tapi untungnya pagi segera tiba dan saya pun bisa naik angkot atau ojek ke kos.

Nah yang paling sering dilakukan adalah menunggu pagi di stasiun. Saya lebih suka menaiki kereta api kalau melakukan perjalanan panjang. Lebih hemat tentu saja dibanding pesawat. Dan kebanyakan perjalanan kereta api dilakukan di malam hari. Jadi apalah mau dikata, lebih seringnya terpaksa harus menunggu pagi di stasiun tujuan. Di stasiun lebih aman dan nyaman karena suasananya yang selalu ramai. Kecuali stasiun kecil tentunya. Biasanya dengan bersemangat membidikan kamera pada kegiatan orang - orang di stasiun pada pagi - pagi buta. Selain itu kadang juga menulis atau mengarang bebas di kursi tunggu stasiun sambil mengamati perilaku orang - orang di sekitar saya. Kalau dalam posisi baru bangun tidur dari atas kereta dan merasa masih mengantuk, maka biasanya pergi ke ruang tunggu VIP untuk melanjutkan tidur saja. Kalau masih ada keperluan, seperti mau membeli tiket kereta lagi, saya akan menunggu sampai loketnya buka dengan membeli segelas hot chocolate dan mengabiskannya di kursi tunggu. Hari sudah mulai terang, maka diri ini akan beranjak pergi dengan naik kereta lokal ke jatinangor.

Beberapa kali juga sering "menunggu waktu" di rumah sakit. Kenapa rumah sakit? Hmmm...saya pun tidak begitu jelas kenapa memilih tempat ini. Tapi sepertinya memang sudah ada "kedekatan batin" dengan tempat satu ini. Mungkin karena saking seringnya mempunyai "jadwal rutin" berkunjung ke rumah sakit tiap bulan =)) Yap, kalau menunggu untuk dijemput atau menunggu teman datang, lobby rumah sakit merupakan tempat yang nyaman. Banyak orang di rumah sakit dan ada sekuritinya pula. Pernah saya sampai di jatinangor pukul 11 malam dan memilih masuk ke rumah sakit untuk menunggu dijemput. Meskipun hanya duduk di teras depannya. Lalu suatu ketika janjian dengan seorang teman, saya pun menunggunya di rumah sakit. Meskipun lama, mencoba bersabar dengan membeli majalah dan menghabiskan minuman di sofa lobby rumah sakit. Pernah pula menunggu pagi di rumah sakit. Memang tidak ada yang dikerjakan sih, hanya duduk - duduk saja di kegelapan lorong rumah sakit sambil menunggu mentari mulai menampakan senyumnya. Untungnya tidak dikira hantu karena duduk di kegelapan -___-"

Yah...kadang pengalaman seperti ini membuat saya berpikir, bagaimana mungkin seorang cewek terlalu sering menunggu pagi di tempat - tempat umum. Tapi memang itu yang terjadi karena terlalu seringnya melakukan perjalanan malam. Sangat - sangat berterima kasih pada tempat - tempat publik yang bersedia menampung saya. Setidaknya dengan adanya kalian, saya merasa aman dan nyaman melakukan perjalanan dan tidak khawatir akan kemana ketika sampai nanti =))

inne_chan

Masa Mengajar

Malam ini ngobrol dengan seorang teman tentang masa - masa "mengajar". Beberapa kali saya berkesempatan untuk mengajar di beberapa sekolah. Meskipun hanya membantu sementara dan waktu yang "sangat singkat". Tetapi ada kesan - kesan tersendiri yang menimbulkan memori masa lalu tak terlupakan. Disini saya mencoba membagi beberapa pengalaman mengajar saya. Sebenarnya suatu kesenangan tersendiri mengajar anak - anak yang berbeda - beda karakternya.

Pertama kali saya ikut membantu seorang teman mengajar di sebuah SD di kaki gunung. Jauh memang. Sangat jauh dari jalan raya. Untuk sampai kesana kami harus mengendarai kendaraan pribadi dengan jalan yang terus menerus menanjak. Kebetulan saat itu kegiatan tersebut ditujukan untuk anak - anak kelas 6 SD. Saya mengajar pelajaran bahasa indonesia didampingi seorang teman. Kami mengadakan kelas khusus seminggu sekali secara intensif membantu mereka dalam menghadapi ujian akhir nasional waktu itu. Awalnya semuanya cukup lancar sampai kemudian ada beberapa anak yang mulai ijin untuk keluar kelas alias ke kamar kecil. Mulanya karena saya tidak punya pemikiran macam- macam, saya mengijinkan. Sampai kemudian mereka tidak balik- balik ke kelas. Ternyata mereka duduk - duduk di luar dan susah sekali menyuruh mereka masuk. Rupanya mereka dilanda kebosanan. Dan baru saya sadari, sangat susah menertibkan anak - anak yang sudah lumayan besar itu. Teman saya pun sampai takut karena anak - anak itu terkesan "brutal". Tapi dengan sekuat tenaga kami berhasil menertibkannya, menyuruh mereka masuk, dan kembali mengerjakan soal - soal. Beberapa minggu saya mengajar di SD ini dan sempat menyuruh mereka membuat tugas mengarang "cita - citaku". Saat membacanya di kos, saya tersenyum - senyum sendiri. Ternyata mereka memang anak - anak yang masih polos dan mempunyai harapan yang tinggi. Ada yang bercita - cita ingin menjadi pemain sepak bola, ada yang ingin menjadi dokter, dan sebagainya. Meskipun banyak yang mereka belum paham dengan pelajaran yang mereka dapatkan, kenakalan yang mereka tunjukan, susahnya menurut pada pengajarnya, saya sebenarnya bangga karena ternyata mereka mempunyai mimpi yang begitu besar. Semangat itu.... semoga bisa membawa mereka untuk mewujudkan mimpi itu ke realita.

Kedua kalinya mengajar saya membantu di sebuah SD tempat KKN saya waktu kuliah S1. Letaknya tidak terlalu terpencil. Masih berada di perbatasan antara pusat kota dengan daerah pinggir kota. Entah kenapa teman - teman saya berebut untuk mengajar di kelas 5 dan 6. Sementara saya lebih memilih untuk mengajar kelas 1 atau 2. Tadinya saya memilih kelas 1, waktu masuk kelas saya bingung. loh, ini kelas kok penuh sama ibu - ibu. ternyata anak - anak itu belajar masih ditemani oleh orang tua mereka. Waktu saya sedang berbicara dengan guru kelasnya, saya kaget karena tiba - tiba ada yang menangis. Oke, suasana tidak kondusif. Dan kata gurunya juga, saya disuruh membantu mengajar kelas 2 saja. Mulailah saya masuk ke kelas 2 dengan seorang teman dan mengajar bahasa inggris. Ternyata anak kelas 2 lebih mudah diatur dan mereka mendengarkan dengan serius. Nah,kalau anak - anaknya seperti ini saya semangat mengajar. Memang sih belajarnya masih sangat dasar. Seperti bahasa inggrisnya buah - buahan, benda - benda, dan angka. Tapi seru juga karena saya membuat semacam game supaya mereka bisa terlibat di dalamnya.

Lucu juga ya mengajar anak - anak. Melihat wajah - wajah mereka yang masih polos, belum mengerti apa - apa, tidak ada hal - hal yang harus disembunyikan. Apa adanya.... Dan wajah kagum mereka saat mengetahui hal - hal yang belum mereka kuasai, itu yang membanggakan. Terima kasih Tuhan saya sudah diberikan kesempatan untuk merasakan bahagianya menjadi pengajar meskipun cuma sebentar. Pengalaman ini tidak akan saya lupakan =)

inne_chan

Rabu, 07 Maret 2012

Kisah Tenggat Waktu di Awal Bulan

Hello march... hmmm sepertinya saya cukup terlambat dalam menyapa bulan ini. maaf sekali march,kemarin saya benar2 sibuk sehingga hampir2 tidak sempat menyapamu. padahal kau begitu nice dan melaju dengan sangat cepat. berbeda dengan bulan sebelum mu. baiklah,meskipun terlambat saya akan tetap menyapamu =)

Entah kenapa di awal bulan baru ini saya mendapat banyak kejutan. dan kejutan yang sampai sekarang masih saya pikirkan adalah ketika di suatu senja yang dingin, saya mendapati sebuah pertanyaan di suatu situs online "masih perlukah wanita menikah?" DEG!!! saya heran sekaligus bingung sekaligus antara percaya atau tidak dengan pertanyaan itu. Tapi pertanyaan itu, justru sangat "menyentil" ideologi saya. seperti sebuah bom yang baru saja dijatuhkan, dia membuat ideologi saya morat - marit.

Dulu...dulu sekali ketika saya masih memegang sifat perfeksionis dengan "kuat", pernah saya berpikir seperti itu juga. dengan berbagai macam alasan untuk "melegalkan" pemikiran saya itu. saya tidak peduli dengan "akhir" dari sebuah hubungan, apakah nanti menuju ke arah pernikahan atau tidak. cukup jalani dengan have fun dan mengalir saja. sama sekali tidak ada pemikiran untuk menjalani sebuah hubungan yang memang berujung pada pernikahan. dengan siapa pun itu. bahkan saya pun melegalkan pemikiran saya bahwa saya akan menikah ketika saya memang "membutuhkan" pernikahan. sangat individualis dan egoistis bukan?

Ya, lain dulu lain sekarang. Memangnya apa yang sekarang ada di kepala saya ketika membaca pertanyaan tersebut? saya kembali ingat ideologi lama saya yang kemudian "hampir" bangkit kembali. tetapi saya kemudian kembali menengok ke pemikiran saya yang sekarang dan itu menyadarkan saya. bahwa saya tidak boleh kembali ke pemikiran lama saya itu. karena saya sadar seorang wanita mempunyai "tenggat waktu". kapan usia maksimal untuk menunggu. kapan usia maksimal untuk menikah. kapan usia maksimal untuk mempunyai anak. saya tau setiap orang mempunyai tenggat waktu sendiri - sendiri yang berbeda pada masing - masing orang. tetapi yang saya yakin adalah ketika tenggat waktunya sudah hampir mencapai titik NOL maka apa yang ada di kepalanya cuma ada 2 pilihan. pilihan pertama memberikan kelonggaran, yaitu dengan memperpanjang tenggat waktu nya. atau pilihan kedua yaitu JUST STOP!! saya sudah sampai di tenggat waktu saya dan apa yang saya inginkan belum tercapai, maka saya harus mempunyai "plan B" untuk dapat mewujudkan apa yang saya inginkan.

yah itulah yang ada di pemikiran saya, March. dan karena partner hidup saya tidak terlalu tertarik untuk mengobrolkan topik permasalahan seperti ini, maka saya menulisnya disini. saya hanya bisa membagi apa yang ada di kepala saya melalui tulisan disini. semoga tidak ada yang berkeberatan. karena saya akan menjadi "sangat pusing" kalau kebebasan saya menulis disini pun diganggu gugat.

-inne_chan-