Minggu, 22 Desember 2013

Dalam Diamku....

Dalam diamku....

tak berarti aku tidak memiliki sebuah pandangan. Sebuah opini. Atas semua realitas ini. Sebagai manusia yang terus dan terus berpikir, terus menerus belajar, apakah salah memiliki pandangan sendiri? Yang mungkin berlainan dengan pemikiran mayoritas....

ah... mungkin memang logika sulit untuk diterima. Prinsip telah dihancurkan. Dan rasanya badan sudah tidak mampu menopang otak yang terus menolak realitas. Hati sudah tidak berbentuk dan masih saja dibuat babak belur. Kurang apalagi memangnya? Apa ada yang belum aku turuti? Apa ada yang belum aku hempaskan? Setiap keping perasaan pribadi aku tekan. Setiap pemikiran yang muncul aku surutkan. Apa itu belum memuaskan? Belumkah terpuaskan?

Oh... mungkin seperti ini rasanya hidup di tempat minoritas. Selama ini aku sangat nyaman karena berada di posisi mayoritas. Tanpa ba bi bu yang menyudutkanku. Tetapi sekarang, mungkin dianggap aneh, mungkin dianggap berbeda, mungkin dianggap nyeleneh. Intinya sih barang yang rusak dan harus segera dibetulkan. Kalau mobil, mungkin bisa dimasukan bengkel. Diketok sana sini, poles sana sini, dan voila jadi kinclong kembali. Siap untuk dijual lagi. Berharap ada yang membeli dengan harga tinggi. Hahaha :D

Dalam diamku.....

diam - diam aku telah memutuskan sesuatu. Suatu hal yang penting dalam hidupku. Yang mungkin lagi - lagi dianggap aneh, nyeleneh, dan sebagainya. Tapi aku yakin, ini keputusan terbaik. Kali ini aku tidak akan membiarkan siapa pun merenggutnya dariku. Merenggut keputusan yang telah kubuat. Dengan susah payah. Dengan pemikiran yang rumit. dengan debat yang alot antara X dan Y. Antara otak dan hati. Hufffhh....

Dalam diamku....

perlahan kembali terbentuk perisai. Satu lapis lagi. Setelah semua lapis yang aku buat dari kecil. Lapis pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Lapisan demi lapisan perisai di hati yang terbentuk dari 'pelajaran kehidupan'. Apa saja yang sudah kau hadapi? Apa saja yang sudah kau lakukan untuk menyelesaikannya? Sekuat apa dirimu menghadapinya? Dan mungkin lapisan perisai yang semakin tebal ini membuatku sadis terkadang. Disadari atau tidak. Karena kuat adalah harga yang harus dibayar untuk membentuk satu lapisan perisai. Sabar adalah harga yang harus dibayar untuk menahan perisai supaya lebih tebal lagi lagi dan lagi....

menjadi kuat dan sabar karena hidup adalah proses yang harus dilalui sebelum mati.
inne_chan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar